Desa
Cepoko merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk
Jawa Timur. Diperkirakan Desa Cepoko adalah bagian dari pusat kabupaten waktu
itu karena sebelum ibu kota kabupaten pindah ke Anjuk Ladang (Nganjuk), Kecamatan
Berbek merupakan cikal bakal kabupaten dan pusat dari kabupaten dengan Bupati
bernama Kandjeng Djimat yang merupakan seorang tokoh agama pendiri Masjid
bercorak hindu Islam bernama Masjid Al-Mubarok di Berbek. Itu dibuktikan dengan
banyaknya pesantren dan tokoh-tokoh agama yang berada di Desa Cepoko.Selain itu
Desa Cepoko sangat melimpah ruah akan hasil perkebunan yang merupakan komoditas
utama bagi Kabupaten dikarenakan melimpahnya sumber air dan lingkungan yang
cocok untuk Perkebunan Salak, Perkebunan Duku, Manggis dll. Desa Cepoko berbatasan
dengan Desa Manikan (Kecamatan Ngetos) di selatan, Desa Maguan di utara, Desa Salam
Rojo di barat dan Desa Kuncir (Kecamatan Ngetos) di sebelah timur.
Desa
Cepoko juga terdiri dari beberapa dusun seperti Dusun Tahunan, Dusun Bayeman,
Dusun Kauman, Dusun Sangkal Putung, Dusun Ngubaran dan Dusun Kedung ampel.
Selain itu juga terdapat dua sungai besar di Desa cepoko yang menopang kegiatan
sehari hari Masyarakat Seperti Mencuci, Berburu ikan, irigasi dll dikarenakan
masih bersihnya sungai di Desa Cepoko. Namun keadaan tersebut berbeda dengan
sekarang. Hanya beberapa orang yang memanfaatkan sungai sebagai penopang
kegiatan sehari hari, karena kondisi sungai yang sudah berbeda dengan dulu.
Mengenai
kapan dan bagaimana awal mula berdirinya Desa Cepoko masih belum menemui
kejelasan karena minimnya sumber-sumber sejarah.Nama Cepoko sendiri berasal
dari Cempaka yang merupakan nama sebuah bunga yang dimanfaatkan oleh Manusia menjadi
sumber wewangian.
Dahulu
kala diperkirakan Desa Cepoko merupakan tempat penyebaran agama Islam yang
cukup memberikan kontribusi yang signifikan bagi agama Islam di wilayah Nganjuk
Selatan. Terbukti dengan banyaknya Pondok Pesantren dan tokoh-tokoh agama di
Desa Cepoko.
Ada
dari salah satu tokoh agama di Desa Cepoko yang menjadi murid dari Syekh Siti
Jenar yang ajarannya sangat terkenal oleh berbagai umat Islam terutama umat
Islam di Pulau Jawa. Beliau bernama KH.Abdurrahman sebagian warga desa menyebut
Mbah Condromowo. Dinamakan Mbah Condromowo, Sebab menurut banyak sumber beliau
mempunyai kesaktian yang kebal akan cahaya. Apabila ada sumber cahaya di depan
kedua mata beliau maka sumber cahaya tersebut akan terbakar. Bahkan ada sumber
yang menyatakan bahwa apabila beliau membaca kitab-kitab agama dengan kedua
mata maka kitab tersebut akan terbakar. Sehingga beliau selalu membaca dengan
memiringkan badan. Diperkirakan beliau merupakan tokoh terhormat kala itu karena
makam beliau berada di tempat tersendiri yang dekat dengan pohon keramat.
Selain
itu banyak tokoh-tokoh agama Islam di Desa Cepoko yang berperan dalam
pembangunan pondok pesantren, Masjid, madrasah diniyah, langgar dan masih
banyak lagi. Seperti Masjid yang didirikan oleh KH. Muhtar.Beliau merupakan
Tokoh Kyai ternama di Desa Cepoko, Sehingga namanya diabadikan sebagai nama
masjid yaitu Masjid Al-Muhtar yang merupakan masjid terbesar di Desa Cepoko.
Selain KH. Muhtar juga terdapat tokoh-tokoh Kyai lain yang memprakarsai
pendirian Masjid Al-Muhtar seperti KH.Zaid, KH.Zainudin, K.Bakir dll.
Terdapat
Pesantren seperti Jami’ah Rodhotul Nasi’in yang didirikan oleh KH. Muhtar.
Merupakan pondok yang besar dimasanya terbukti dengan banyaknya santri bahkan
dari luar provinsi. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan sekarang.
Pesantren Jami’ah Rodhotul Nasi’in sudah tidak ada santrinya sama sekali.
Keadaan yang sungguh miris bagi Desa Cepoko.
Juga
pondok Madlatul Hidayah merupakan pondok putri yang di didirikan oleh KH. Zaid
dan Nyai Zaid. Sekarang Pondok pesantren tersebut dikelola oleh Nyai Ziah yang
merupakan Istri dari K.Bakir keturunan dari KH.Zaid. Pondok putra yang masih
ada di Desa Cepoko sekarang adalah pondok Baitul ‘Atieq yang didirikan oleh KH.
Thohir mustofa selain itu KH. Thohir Mustofa juga mendirikan SMK yang diberi
nama SMK Baitul Atieq.
Beberapa
madrasah diniyah juga didirikan. Diprakarsai oleh KH. Muhtar dan penduduk Desa
Cepoko berdiri Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin I untuk madrasah diniyah Putra
dan Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin II untuk madrasah diniyah Putri.
Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin I dulu berada di Gedung dekat Pesantren
baitul Atieq namun dikarenakan kondisi Gedung yang memprihatikan akhirnya warga
desa membangun Gedung baru untuk Madrasah Diniyah bersebalahan dengan Masjid
Al-Muhtar. Sementara untuk Madrasah Diniyah Darul Mutta’alimin II berada di Dusun
Kauman dekat dengan Pondok Rodhotul Nasi’in.
Di beberapa tempat di Desa Cepoko juga
terdapat langar.Seperti langgar yang didirikan oleh KH. Tajab dan Langgar
Ngubaran yang didirikan oleh Mbah Ngubaran. Ngubaran sendiri merupakan sebuah dusun
terpencil di Selatan Kali Gedhe yang masih masuk daerah Desa Cepoko. Namun
Dusun tersebut sekarang tidak berpenghuni dan langgar yang didirikan hanya akan
digunakan apabila malam jumat legi oleh keturunan dari Mbah Ngubaran untuk
bertadarus. Juga terdapat beberapa tokoh agama lainnya seperti KH. Mohdin dan
KH.Abu Said di Desa Cepoko.
Terdapat
makam kuno di Desa Cepoko seperti Kuburan Kidul yang berada di barat Masjid
Al-Muhtar berisi makam dari beberapa Tokoh Wali dan Kuburan Lor yang terdapat
beberapa makam makam tua dan makam dari KH.Abdurrahman atau Mbah Condromowo.
Banyaknya peziarah yang datang di Kuburan ketika malam jumat menjadi bukti
bahwa yang dimakamkan di Kuburan tersebut merupakan Tokoh Kyai yang disegani.
Pada
zaman penjajahan di Desa Cepoko terdapat sebuah perumahan Belanda. warga desa
menyebutnya dengan loji yang sekarang digunakan sebagai gedung Pondok Pesantren
Baitul Atieq dan SMK Baitul Atieq. Selain itu juga terdapat sebuah tempat
gudang senjata di desa Cepoko yang sekarang dijadikan Rumah oleh Bapak Urip
mantan Kepala Desa Cepoko.
Menurut
beberapa sumber pada zaman penjajahan warga desa sangat takut akan ancaman
belanda. Belanda sering mengadakan perampasan terhadap hasil bumi warga desa
karena melimpahnya hasil perkebunan di Desa Cepoko yang menggiurkan bagi
Belanda. Di zaman peperangan warga desa bergerilya dengan membuat lubang
ditanah sebagai markas persembunyian, dapur dan kegiatan lainnya.
Beberapa
rumah tua juga terdapat di Desa Cepoko seperti rumah dari KH. Idris & H.
Rohmat yang merupakan tokoh ternama di Desa. Ini dapat dibuktikan dengan bentuk
bangunan yang diperkirakan berusia ratusan tahun.
Terdapat
juga keluarga ningrat di Desa Cepoko yaitu sebuah keluarga Raden yang berada di
Dusun Kauman merupakan dusun dari tokoh tokoh agama. Namun masih belum jelas
mengenai asal-usul nama Raden yang disandang oleh satu keluarga tersebut.
Irigasi
di Desa Cepoko dibangun oleh gotong royong masyarakat desa untuk mengairi
perkebunan dan persawahan. Selain itu warga desa juga gotong royong dalam
membangun mbelik yaitu tempat sumber air dan Blumbang yaitu tempat untuk mandi,
mencuci pakaian, wudhu dll yang dibangun di dekat langgar. Sering juga terjadi
banjir besar di Kali Gedhe namun dampaknya hanya membanjiri perkebunan dan
mengubah arah sungai. Belum pernah banjir mengenai pemukiman warga seperti yang
terjadi di Desa sebelah.
Mengenai
balai desa tempat musyawarah warga desa baru dibangun sejak Kepala Desa Urip
menjabat. Kemungkinan warga desa dulu yang pemerintahannya masih belum kompleks
seperti sekarang menggunakan masjid sebagai tempat musyawarah warga desa.